Sejarah Berdirinya Cor Jesu Malang

Yayasan Pendidikan Dhira Bhakti merupakan yayasan pendidikan Katolik yang dikelola oleh komunitas Suster Ursulin. Terletak di kota Malang tepatnya di Jalan Jaksa Agung Suprato No.55 (dahulu lebih dikenal dengan Jalan Celaket ). Satuan pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Dhira Bhakti ada 6 unit yaitu KB, TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan lebih di kenal dengan nama “COR JESU”. Selain itu Cor Jesu juga memiliki fasilitas asrama putra dan putri, sebagai sarana tempat tinggal bagi siswa-siswi yang berasal dari luar kota dan luar pulau.

Karya suster Ursulin di Malang diawali dengan kehadiran tiga orang suster Ursulin pertama kali di Malang pada tanggal 6 Februari 1900. Ketiga orang suster tersebut adalah : Sr. Xavier Smets, Sr. Aldegonde Flekcen, Sr. Martha Bierings. Mereka menempati biara yang terletak di Jalan Celaket dan memulai karya dengan membuka TK pada tanggal 1 Maret 1900.

Kedatangan ketiga suster tersebut diumpamakan oleh Rm. Jonckbloet,SJ seperti pohon kecil yang baru ditanam. Dengan berkat Tuhan maka pohon itu akan bertumbuh menjadi besar dan membawa berkah untuk banyak orang. Karya yang dimulai dengan TK lalu berkembang dengan dibukanya SD dan asrama pada 1 Mei 1900 lalu Sekolah Pendidikan Guru ”Santo Agustinus” pada tanggal 21 Juli 1903. Tetapi ketika Jepang menjajah Indonesia, Suster Ursulin diperintahkan untuk menutup semua sekolah yang mereka kelola, termasuk Sekolah Pendidikan Guru ”Santo Agustinus” bahkan beberapa suster harus masuk kamp tawanan. Biara di Celaket dikuasai oleh Jepang. Tetapi dalam keadaan sulit seperti itu, kerasulan tetap dijalankan.

Setelah Jepang berhasil diusir pergi oleh tentara Belanda, sekolah dan asrama mulai dibuka lagi. Tetapi keadaan tetap sulit pada waktu itu apalagi ada perintah untuk membumihanguskan bangunan besar yang mungkin berguna bagi NICA. Para suster dan anak-anak hidup dalam ketegangan dan ketakutan. Ketegangan memuncak pada tanggal 30 Juli 1947 ketika sekelompok pemuda menyerbu ke biara dan membakar gedung sekolah serta asrama. Gedung yang begitu indah dan megah hancur akibat ganasnya si jago merah. Para suster harus berjuang keras untuk memperbaiki gedung yang rusak sebagai akibat dari perang. Pembangunan kembali gedung yang dibakar akhirnya dilakukan pada tahun 1951.

Sebagai pengganti SPG “Santo Agustinus” yang tidak dibuka lagi maka pada tanggal 15 Juli 1951 dibukalah SMAK Cor Jesu, Bagian A (Bahasa) dan Bagian B (Ilmu Pasti) dan hanya menerima siswa putri. Masalah besar yang dihadapi saat itu adalah tidak ada tempat untuk kelas karena pembangunan gedung yang dibakar belum selesai. Oleh sebab itu, tempat sepeda pun sempat dipakai untuk kelas SMA. Karena belum memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan ujian sendiri maka untuk sementara SMAK Cor Jesu bernaung di bawah SMTK (Sekolah Menengah Tinggi Katolik) St. Albertus sehingga dikenal pula sebagai SMA Puteri St. Albertus. Pada saat itu, rapor dan ijazah ditanda-tangani oleh Kepala SMTK / SMA St.Albertus yang berdiri pada tahun 1946.

Tahun 1954, SMAK Cor Jesu mengikuti ujian negeri untuk pertama kalinya. Dari Bagian A lulus 18 dari 20 siswa dan dari bagian B lulus 22 dari 30 siswa. Pada permulaan tahun pelajaran 1959/1960, SMAK Cor Jesu membuka Bagian C. Dengan demikian SMA menjadi lengkap, sesuai dengan tuntutan pemerintah. Pada tanggal 1 Agustus 1960 SMAK Puteri Cor Jesu diperkenankan oleh Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan untuk berdiri sendiri, terpisah dari SMA St. Albertus. Tahun Pelajaran 1968/1969, SMAK Cor Jesu mulai menerima siswa putra, Murid putra yang diterima pada waktu itu berjumlah 55 orang. Berkat keras-keras para guru dan keluarga besar SMAK Cor Jesu serta doa dari para suster ursulin maka pada tahun 1984 status SMAK Cor Jesu meningkat dari status diakui menjadi status disamakan.

Cor Jesu juga memiliki unit SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang didirikan pada tanggal 1 Agustus 1950 dengan nama Sekolah Guru Kepandaian Putri (SGKP ) St. Anna. Pada Januari 1961 SGKP St. Anna berubah nama menjadi SGKP “COR JESU”. Kemudian pada tanggal 1 September 1965 Sekolah Guru Kepandaian Puteri (SGKP) “COR JESU” berubah menjadi Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA) “COR JESU”. Pada bulan Januari 1976 Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA) “COR JESU” berubah menjadi Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK) “COR JESU” sampai awal Tahun Pelajaran 1978/1979. Mulai Tahun Pelajaran 1992/1993 SMKK mulai menerima siswa putra. Pada tahun Pelajaran 1994/1995 SMKK “COR JESU” memiliki Jurusan Tata Boga dan Tata Busana.

Yayasan Pendidikan Dhira Bhakti merupakan yayasan pendidikan Katolik yang dikelola oleh komunitas Suster Ursulin. Terletak di kota Malang tepatnya di Jalan Jaksa Agung Suprato No.55 (dahulu lebih dikenal dengan Jalan Celaket ). Satuan pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Dhira Bhakti ada 6 unit yaitu KB, TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan lebih di kenal dengan nama “COR JESU”. Selain itu Cor Jesu juga memiliki fasilitas asrama putra dan putri, sebagai sarana tempat tinggal bagi siswa-siswi yang berasal dari luar kota dan luar pulau.

Karya suster Ursulin di Malang diawali dengan kehadiran tiga orang suster Ursulin pertama kali di Malang pada tanggal 6 Februari 1900. Ketiga orang suster tersebut adalah : Sr. Xavier Smets, Sr. Aldegonde Flekcen, Sr. Martha Bierings. Mereka menempati biara yang terletak di Jalan Celaket dan memulai karya dengan membuka TK pada tanggal 1 Maret 1900.

Kedatangan ketiga suster tersebut diumpamakan oleh Rm. Jonckbloet,SJ seperti pohon kecil yang baru ditanam. Dengan berkat Tuhan maka pohon itu akan bertumbuh menjadi besar dan membawa berkah untuk banyak orang. Karya yang dimulai dengan TK lalu berkembang dengan dibukanya SD dan asrama pada 1 Mei 1900 lalu Sekolah Pendidikan Guru ”Santo Agustinus” pada tanggal 21 Juli 1903. Tetapi ketika Jepang menjajah Indonesia, Suster Ursulin diperintahkan untuk menutup semua sekolah yang mereka kelola, termasuk Sekolah Pendidikan Guru ”Santo Agustinus” bahkan beberapa suster harus masuk kamp tawanan. Biara di Celaket dikuasai oleh Jepang. Tetapi dalam keadaan sulit seperti itu, kerasulan tetap dijalankan.

Setelah Jepang berhasil diusir pergi oleh tentara Belanda, sekolah dan asrama mulai dibuka lagi. Tetapi keadaan tetap sulit pada waktu itu apalagi ada perintah untuk membumihanguskan bangunan besar yang mungkin berguna bagi NICA. Para suster dan anak-anak hidup dalam ketegangan dan ketakutan. Ketegangan memuncak pada tanggal 30 Juli 1947 ketika sekelompok pemuda menyerbu ke biara dan membakar gedung sekolah serta asrama. Gedung yang begitu indah dan megah hancur akibat ganasnya si jago merah. Para suster harus berjuang keras untuk memperbaiki gedung yang rusak sebagai akibat dari perang. Pembangunan kembali gedung yang dibakar akhirnya dilakukan pada tahun 1951.

Sebagai pengganti SPG “Santo Agustinus” yang tidak dibuka lagi maka pada tanggal 15 Juli 1951 dibukalah SMAK Cor Jesu, Bagian A (Bahasa) dan Bagian B (Ilmu Pasti) dan hanya menerima siswa putri. Masalah besar yang dihadapi saat itu adalah tidak ada tempat untuk kelas karena pembangunan gedung yang dibakar belum selesai. Oleh sebab itu, tempat sepeda pun sempat dipakai untuk kelas SMA. Karena belum memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan ujian sendiri maka untuk sementara SMAK Cor Jesu bernaung di bawah SMTK (Sekolah Menengah Tinggi Katolik) St. Albertus sehingga dikenal pula sebagai SMA Puteri St. Albertus. Pada saat itu, rapor dan ijazah ditanda-tangani oleh Kepala SMTK / SMA St.Albertus yang berdiri pada tahun 1946.

Tahun 1954, SMAK Cor Jesu mengikuti ujian negeri untuk pertama kalinya. Dari Bagian A lulus 18 dari 20 siswa dan dari bagian B lulus 22 dari 30 siswa. Pada permulaan tahun pelajaran 1959/1960, SMAK Cor Jesu membuka Bagian C. Dengan demikian SMA menjadi lengkap, sesuai dengan tuntutan pemerintah. Pada tanggal 1 Agustus 1960 SMAK Puteri Cor Jesu diperkenankan oleh Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan untuk berdiri sendiri, terpisah dari SMA St. Albertus. Tahun Pelajaran 1968/1969, SMAK Cor Jesu mulai menerima siswa putra, Murid putra yang diterima pada waktu itu berjumlah 55 orang. Berkat keras-keras para guru dan keluarga besar SMAK Cor Jesu serta doa dari para suster ursulin maka pada tahun 1984 status SMAK Cor Jesu meningkat dari status diakui menjadi status disamakan.

Cor Jesu juga memiliki unit SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang didirikan pada tanggal 1 Agustus 1950 dengan nama Sekolah Guru Kepandaian Putri (SGKP ) St. Anna. Pada Januari 1961 SGKP St. Anna berubah nama menjadi SGKP “COR JESU”. Kemudian pada tanggal 1 September 1965 Sekolah Guru Kepandaian Puteri (SGKP) “COR JESU” berubah menjadi Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA) “COR JESU”. Pada bulan Januari 1976 Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA) “COR JESU” berubah menjadi Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK) “COR JESU” sampai awal Tahun Pelajaran 1978/1979. Mulai Tahun Pelajaran 1992/1993 SMKK mulai menerima siswa putra. Pada tahun Pelajaran 1994/1995 SMKK “COR JESU” memiliki Jurusan Tata Boga dan Tata Busana.

SMKK berubah menjadi SMK “COR JESU” pada Tahun Pelajaran 2000/2001 SMKK dengan jurusan Kelompok Pariwisata serta membuka Program Keahlian Akomodasi Perhotelan. Dengan demikian SMK Cor Jesu memiliki Program Keahlian : Tata Busana, Tata Boga dan Akomodasi Perhotelan. Kemudian Tahun Pelajaran 2002/2003 siswa Akomodasi Perhotelan dan Tata Boga mulai OJT (On The Training) di Hotel Berbintang Lima, antara lain: Hotel Shang-rila, Sheraton, Santika, J.W Marriot Surabaya dan hotel berbintang lainnya di kota Malang, Batu, Bali, Solo, Batam dan Jakarta. Sampai pada akhirnya SMK Cor Jesu berhasil melaksanakan OJT di Luar Negeri selama 6 bulan pada tahun 2006. Seiring berjalannya waktu dan mengikuti perkembangan bidang pendidikan maka di Tahun 2011/2012 SMK Cor Jesu membuka Program Desain Komunikasi Visual (DKV).
Scroll to Top